Mutiara Kepercayaan Dalam Diri Manusia
Iman merupakan salah satu fitrah dan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya. Dengan iman lah yang menimbulkan insan menjadi mulia di sisi Allah Swt. Masalah keimanan merupakan bab dari akidah.
Islam sangat peduli dengan perkara keyakinan sebagaimana diulas di atas. Islam mengenal ilmu Tauhid yang mengajarkan pengenalan terhadap Allah Swt; termasuk keberadaan-Nya dan sifat-sifat dasar yang menempel pada Dzat Allah Swt. Bagaimana cukup seseorang akan mengimani Tuhan yang sama sekali tak dikenalnya. Iman menjadi mutiara yang harus dijaga, dilestarikan dan ditingkatkan dari hari ke hari.
Iman dalam kehidupan insan diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Sesampai kemudian tanpa iman, maka kehidupan insan akan menjadi gelap. Tanpa iman maka jalan hidup seseorang bagaikan tanpa arah tujuan, lantaran tak ada orientasi tertentu dalam perjalanannya. Iman tak hanya sekedar keyakinan dalam hati, namun juga diikrarkan di lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan:
“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan dilakukan dengan anggota tubuh (perbuatan)”
Hadis tersebut menterangkan 3 hal yang menjadi unsur penting sebuah keimanan. Yaitu 1. hati yang meyakini, 2. verbal yang mengikrarkan dan 3. anggota tubuh yang selalu menerapkan dalam perbuatannya.
Kecintaan kita kepada Allah Swt, tentulah diawali dari keyakinan kita akan keberadaanNya kemudian verbal kita dengan penuh kesadaran mengikrarkannya selanjutnya tentulah tanpa paksaan sedikitpun kita sanggup mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Itulah kecintaan yang tepat kepada Allah Swt. Itulah keimanan yang haqiqi kepada Allah Swt. Sesampai kemudian ia meletakkan keimanan kepadaNya pada daerah tertinggi dibanding kecintaannya kepada apapun.
Begitu pula dengan rukun keimanan lainnya, karan tentulah tak tepat keimanan kita, apabila hanya mengimani Allah Swt tanpa Malaikatnya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari final dan taqdir baik jelek yang kita terima, sebagaimana hadits riwayat Muslim
"(Jibril) berkata: beritahukanlah padaku ihwal iman! Jawab Nabi Saw: Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada Rasul-rasulNya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk." (HR.Muslim)
Dalam konteks sosial, dimana insan diciptakan Allah Swt sebagai khalifah di bumi, maka keimanan seseorang menjadi hal yang mutlak dimiliki. Bagi kita umat Islam, tak ada lagi istilah “ini saya dengan segala keimananku” namun yang harus disebarkan dan ditebarkan merupakan inilah keimananku dengan kasih adminngku.
Maka sebagai umat Islam hendaknya kita tak karam dalam rutinitas religi kita dengan mengesampingkan kawan-kawan di sekitar kita. Mengapa demikian, lantaran Rasulullah Saw sebagai tuntunan kita pun mengajarkan bahwa kebaikan untuk orang lain juga termasuk kesempurnaan iman, sebagaimana disabdakan Rasululllah Saw.
Rasulullah Saw bersabda: “taklah tepat iman salah seorang dari kau sesampai kemudian ia menyayangi untuk saudaranya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun sangat perlu kita ketahui, bahwasannya iman terdapat kaya cabang yang sanggup kita amalkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan
"Iman terdiri dari 71 cabang yang paling utama ucapan Laa ilaaha Illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan adapun aib merupakan sebagian dari iman."
Keimanan pada diri setiap muslim tak sanggup dipisahkan dari amal shaleh (amal yang baik dan bermanfaat). Ulama setuju menyampaikan bahwa amal (perbuatan) merupakan bab yang tak sanggup dipisahkan dari keimanan, lantaran keimanan yang tepat akan sanggup diraih hanya apabila dibarengi dengan amal yang nyata.
Rasulullah Saw.bersabda:
“Iman itu bukanlah cita-cita semata, bukan pula suplemen yang terlihat, akan tenamun ia merupakan sesuatu yang tertanam dalam hati dan direalisasikan dengan perbuatan” (HR. Ibnu Najjar dan Dailami)
Demikianlah sobat bacaan madani ulasan ihwal mutiara iman dalam diri manusia. Sebagai kesimpulannya, apabila keimanan itu telah kita miliki maka adminng apabila ia tak kita sempurnakan dengan perbuatan baik yang bermanfaat buat diri kita, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hidup kita akan berarti dan bermakna bukan hanya dihadapan insan akan tenamun juga dihadapan Allah Swt. Jangan lupa share artikel ini apabila bermanfaat dan kunjungi selalu kajian.me untuk update seputar kajian Islam lainnya kajian.me agar bermanfaat. Aamiin.
Sumbernya dari bacaan madani
Islam sangat peduli dengan perkara keyakinan sebagaimana diulas di atas. Islam mengenal ilmu Tauhid yang mengajarkan pengenalan terhadap Allah Swt; termasuk keberadaan-Nya dan sifat-sifat dasar yang menempel pada Dzat Allah Swt. Bagaimana cukup seseorang akan mengimani Tuhan yang sama sekali tak dikenalnya. Iman menjadi mutiara yang harus dijaga, dilestarikan dan ditingkatkan dari hari ke hari.
Iman dalam kehidupan insan diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Sesampai kemudian tanpa iman, maka kehidupan insan akan menjadi gelap. Tanpa iman maka jalan hidup seseorang bagaikan tanpa arah tujuan, lantaran tak ada orientasi tertentu dalam perjalanannya. Iman tak hanya sekedar keyakinan dalam hati, namun juga diikrarkan di lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan:
الإيمان معرفة بالقلب وقول باللسان وعمل بالأركان
“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan dilakukan dengan anggota tubuh (perbuatan)”
Hadis tersebut menterangkan 3 hal yang menjadi unsur penting sebuah keimanan. Yaitu 1. hati yang meyakini, 2. verbal yang mengikrarkan dan 3. anggota tubuh yang selalu menerapkan dalam perbuatannya.
Kecintaan kita kepada Allah Swt, tentulah diawali dari keyakinan kita akan keberadaanNya kemudian verbal kita dengan penuh kesadaran mengikrarkannya selanjutnya tentulah tanpa paksaan sedikitpun kita sanggup mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Itulah kecintaan yang tepat kepada Allah Swt. Itulah keimanan yang haqiqi kepada Allah Swt. Sesampai kemudian ia meletakkan keimanan kepadaNya pada daerah tertinggi dibanding kecintaannya kepada apapun.
Begitu pula dengan rukun keimanan lainnya, karan tentulah tak tepat keimanan kita, apabila hanya mengimani Allah Swt tanpa Malaikatnya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari final dan taqdir baik jelek yang kita terima, sebagaimana hadits riwayat Muslim
قَالَ (جبريل) فَأَخْبِرْنِى عَنِ اْلإِ يْمَانِ قَالَ: أنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. رواه مسلم
"(Jibril) berkata: beritahukanlah padaku ihwal iman! Jawab Nabi Saw: Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada Rasul-rasulNya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk." (HR.Muslim)
Dalam konteks sosial, dimana insan diciptakan Allah Swt sebagai khalifah di bumi, maka keimanan seseorang menjadi hal yang mutlak dimiliki. Bagi kita umat Islam, tak ada lagi istilah “ini saya dengan segala keimananku” namun yang harus disebarkan dan ditebarkan merupakan inilah keimananku dengan kasih adminngku.
Maka sebagai umat Islam hendaknya kita tak karam dalam rutinitas religi kita dengan mengesampingkan kawan-kawan di sekitar kita. Mengapa demikian, lantaran Rasulullah Saw sebagai tuntunan kita pun mengajarkan bahwa kebaikan untuk orang lain juga termasuk kesempurnaan iman, sebagaimana disabdakan Rasululllah Saw.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لَنْ يُؤْمِنَ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ"
Rasulullah Saw bersabda: “taklah tepat iman salah seorang dari kau sesampai kemudian ia menyayangi untuk saudaranya sebagaimana ia menyayangi dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Namun sangat perlu kita ketahui, bahwasannya iman terdapat kaya cabang yang sanggup kita amalkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan
قال رسول الله ص.م : اَلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَ سَبْعُوْنَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَ الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ
"Iman terdiri dari 71 cabang yang paling utama ucapan Laa ilaaha Illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan adapun aib merupakan sebagian dari iman."
Keimanan pada diri setiap muslim tak sanggup dipisahkan dari amal shaleh (amal yang baik dan bermanfaat). Ulama setuju menyampaikan bahwa amal (perbuatan) merupakan bab yang tak sanggup dipisahkan dari keimanan, lantaran keimanan yang tepat akan sanggup diraih hanya apabila dibarengi dengan amal yang nyata.
Rasulullah Saw.bersabda:
“Iman itu bukanlah cita-cita semata, bukan pula suplemen yang terlihat, akan tenamun ia merupakan sesuatu yang tertanam dalam hati dan direalisasikan dengan perbuatan” (HR. Ibnu Najjar dan Dailami)
Demikianlah sobat bacaan madani ulasan ihwal mutiara iman dalam diri manusia. Sebagai kesimpulannya, apabila keimanan itu telah kita miliki maka adminng apabila ia tak kita sempurnakan dengan perbuatan baik yang bermanfaat buat diri kita, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hidup kita akan berarti dan bermakna bukan hanya dihadapan insan akan tenamun juga dihadapan Allah Swt. Jangan lupa share artikel ini apabila bermanfaat dan kunjungi selalu kajian.me untuk update seputar kajian Islam lainnya kajian.me agar bermanfaat. Aamiin.
0 Response to "Mutiara Kepercayaan Dalam Diri Manusia"
Posting Komentar